Rabu, 18 Juli 2012

POTRET DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA


Salah satu modal utama manusia hidup adalah ilmu pengahuan, karena dengan pengetahuan yang luas, kita dapat terus berevolusi menjadi manusia yang lebih baik. Dari saat awal bayi mulai lahir, merangkak, berjalan, berlari, bicara, bertingkah laku sampai mereka bisa dan bertangung jawab atas sesuatu yang mereka lakukan sendiri tak lepas dari didikan orang tua. Karena itulah orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik demi kemajuan anak mereka, termasuk pendidikan yang layak. Akan tetapi di tengah semangat mereka untuk mendapatkan pendidikan yang baik, tidak selalu disertai dukungan penuh, baik dari pemerintah maupun masyarakat sendiri.
Berikut adalah kondisi dunia pendidikan di Indonesia yang berhasil saya rangkum, dari berbagai wilayah di Indonesia.



·         MAGETAN
Pemerintah Magetan menetapkan kuota penerimaan murid tahun 2011 berjumlah 28 siswa, tahun 2012 meningkat menjadi 36 siswa per sekolah. Namun kuota sebesar itu dianggap pihak sekolah terlalu berat. Seperti yang terjadi di SD Semen, tahun ajaran 2012 murid kelas 1 hanya berjumlah 5 siswa saja, menurun dari tahun lalu yang berjumlah 10 murid. Hal serupa juga terjadi di SD Nguntoronadi 1, jumlah murid kelas 1 tahun ini hanyalah 2 siswa saja.
Menurut Dinas Pendidikan setempat, hal ini terjadi dikarenakan beberapa hal, diantaranya suksesnya program KB, banyaknya jumlah warga usia produktif yang pergi ke luar daerah untuk bekerja, dan banyaknya orang tua murid yang lebih memilih menyekolahkan anak mereka ke kota yang dianggap lebih maju pendidikannya dibanding sekolah-sekaloah daerah yang terletak di pinggiran kota.
Bahkan jumlah murid baru kelas 1 tahun 2012 di kecamatan ini hanya 29 siswa, itu jauh dari kuota yang diberikan oleh pemerintah.

·         TULUNGAGUNG
Kondisi lebih baik bisa dilihat di kota Tulungagung, dengan dana BOS yang dicairkan pemerintah sebesar 20 miliar rupiah, jumlah ini sudah meningkat dibanding tahun lalu sebesar …miliar rupiah.
Dari total anggaran sebesar itu dibagi untuk SD sebesar … sedangkan SMP sebesar …
Semestinya dengan adanya bantuan dari pemerintah, pihak sekolah sudah tidak mempunyai alasan untuk menarik iuran sekolah lagi dari siswa. Tapi dari informasi yang saya dapat, terindikasi adanya tindak kecurangan dari pihak sekolah dengan berbagai cara. Salah satunya dengan menarik biaya perbaikan gedung atau pembangunan fasilitas sekolah dengan jumlah  yang tidak sedikit. Hal seperti ini bisa menjadi ladang mencari keuntungan pihak sekolah dengan dalih demi kebaikan siswa didik nya, yang secara tidak langsung juga merugikan pihak orang tua siswa, apalagi bila ada dalam kondisi yang bisa dibilang tidak mampu.
Dalam rapat di salah satu sekolah negeri di Tulungagung diutarakan oleh pihak sekolah kepda wali murid,” Uangnya jangan dihabiskan semuanya untuk hari raya, disimpan saja untuk sekolah ananknya” hal ini diterjemahkan oleh banyak wali murid bahwa pihak sekolah tidak akan menarik biaya pada waktu dekat, tapi sedang dirundingkan dan akan diberi pengumunman besarnya biaya yang akan dikeluarkan setelah hari raya.

·         BREBES
Di salah satu daerah di Brebes tepatnya SDN Pasar Batang ini terlihat begitu semangatnya orang tua murid untuk menyekolahkan buah hatinya, mereka tampak begitu antusias ketika dimulainya ajaran baru, dengan masuk sekolah lebih awal. Tapi yang terlihat justru dinilai terlalu berlebihan dikarenakan orang tua murid mengantarkan anaknya sekolah pukul 3-4 pagi, padahal jam awal pelajaran masih dimulai pada pukul 7 pagi.
Kata salah satu orang tua murid yang bersekolah di sekolah itu hal ini biasa terjadi setiap tahun karena mereka ingin anaknya mendapatkan tempat duduk di barisan paling depan, sehingga mau tidak mau mereaka harus berebutan bangku sekolah dengan orang tua murid yang lain.
Memang kita patut mengacungkan jempol dengan semangat orang tua murid yang mengantarkan anak mereka dengan datang lebih awal, tapi hal ini bisa juga berakibat kurang baik pada anak mereka sendiri, bisa saja mereka justru tertidur saat jam pelajaran sekolah sedang berlangsung.

·         BANTEN

Kondisi miris justru terjadi di salah satu provinsi di pulau Jawa, yang seharusnya pendidikannya lebih maju bila dibadingkan dengan pulau lain di Indonesia. Banyak anak yang harus menyeberang jembatan yang rusak di salah satu sisinya hingga nyaris putus, tepatnya Desa Sanghiang, Lebak Banten. Setiap hari mereka harus berjumpa dengan bahaya yang mengancam keselamatan mereka untuk sampai ke sekolah. Memang patut dipertanyakan perhatian pemerintah yang terkesan diam dan menutup mata dengan kondisi ini.
Berita ini sampai diberitakan oleh beberapa media di Inggris, bahkan menyebut aksi mereka “ Indiana Jones” karena adegan di salah satu scene film itu sama dengan apa yang dihadapi oleh anak-anak itu setiap hari.
Entah karena malu atau sedang menyiapkan rencana yang terlalu lama pemerintah daerah setempat akhirnya meninjau lokasi jembatan rusak itu. Mereka mengatakan akan segera memperbaikan jembatan itu agar anak-anak yang bsesemangat menuntut ilmu tidak mengahadapi bahaya seperti itu lagi. Namun dana yang disiapkan terbilang kecil yaiyu 600 juta rupiah, jauh bila bandingkan dengan anggaran rapat DPR sebesar 20 miliar rupiah.
Kita lihat saja hasil dari komitmen pemerintah, apakah sungguh-sungguh atau hanya setengah hati mengatasi masalah ini?

 
Lepas dari semua permasalahan yang menghadapi dunia pendidikan di Indonesia, setidaknya semangat untuk menuntut ilmu para generasi muda masih tinggi, walau pun itu hanya seberapa saja. Tinggal peran serta masyarakat dan perhatian pemerintah yang akan menentukan nasib dunia pendidikan di Indonesia, baik atau semakin buruk?

1 komentar:

  1. memang seperti itulah realita yang ada sedama ini

    BalasHapus