Jumat, 20 Juli 2012

PERUBAHAN CUACA EKTRIM DI INDONESIA



Hawa dingin yang sering terasa akhir-akhir ini cukup mengkhawatirkan, pasalnya hampir tidak pernah terjadi di negara tropis seperti Indonesia mengalami iklim bersifat dingin seperti saat ini.
Hal ini diamini oleh pakar sekaligus pemerhati lingkungan hidup Universitas Riau, Tengku Ariful Amri. Beliau mengemukakan bahwa cuaca ekstrim yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia akhi-akhir ini dikarenakan terhambatnya siklus hidrologi. "Banyangkan, sirkulasi air yang seharusnya tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi kini terasa kian tersendat sehingga terjadi penumpukan penguapan yang akhirnya menyebabkan kondisi ekstrem di berbagai wilayah Tanah Air," seperti dilansir dari situs republika.co.id

Menurutnya, saat ini berbagai bentuk hidrologi di muka bumi sudah tidak memiliki pola yang beraturan atau tidak terwujud seperti seharusnya karena alam tidak lagi terjaga dengan baik dan mengalami kerusakan parah. Kondisi ini telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia dan menciptakan siklus yang “amburadul” atau tidak menentu dan tidak bisa memberi jaminan tatanan hidrologi yang kondusif.
Penyebab lain adalah kondisi hutan di pesisir aliran sungai tidak memadai dan kritis sehingga iklim cenderung monokultur atau tidak lagi bersahabat dengan lingkungan dan penghuninya. Diperparah oleh perluasan kebun sawit yang terlalu berlebihan, “merampok” daerah tangkapan air seperti aliran sungai dan anak sungai yang pada akhirnya menyebabkan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor di mana-mana.
Akibat dari semua ini, terjadi perubahan iklim yang ekstrim yang sebenarnya disa diatasi, lahkah awalnya dengan pemetaan daerah tangkapan air, baik itu skala kecil maupun skala besar. "Kalau itu tidak dilakukan secepatnya, atau tidak dimulai dengan pembibitan, penanaman dan penataan, maka akan semakin sulit mengatasi perubahan iklim yang sangat drastis. 

Berikut adalah wilayah di Indonesia yang mengalami perubahan cuaca ekstrim seperti dikutip dari situs BMKG, Selasa (24/1/2012), ke 18 daerah itu adalah:

·         Wilayah yang berpotensi hujan lebat
- Banten bagian Selatan
- DKI Jakarta bagian Selatan
- Jawa Barat bagian Selatan
- Jawa Tengah bagian Barat
- Jawa Timur bagian Selatan
- Kalimantan Barat bagian Utara
- Kalimantan Tengah bagian Utara
- Kalimantan Timur bagian Barat dan Utara
- Papua Barat bagian Utara dan Selatan
- Papua bagian Utara dan Tengah

·         Wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang
- Sulawesi Utara bagian Barat
- Sulawesi Tengah bagian Utara dan Selatan
- Sulawesi Selatan bagian Utara
- Sulawesi Tenggara bagian Utara
- Maluku Utara
- Maluku bagian Tenggara
- NTB bagian Selatan
- NTT bagian Timur


Menurut BMKG, cuaca ekstrim tersebut disebabkan adanya pumpunan angin yang memanjang di Laut Sulawesi hingga laut Arafuru. Konsentrasi awan hujan terjadi di Jawa, Kalimantan bagian Tengah, Sulawesi bagian Utara, Tengah dan Selatan, Maluku Utara, Maluku bagian Tenggara, Papua Barat serta Papua bagian Selatan dan Tengah.

Akibat cuaca buruk tersebut, operasional kapal feri di Selat Sunda pun terpaksa dihentikan dan dilanjutkan menunggu cuaca membaik dan perairan bisa diseberangi. Beberapa warga khususnya di Jakarta pun sudah mengeluhkan kencangnya angin .
Seharusnya pemerintah peka dengan kondisi ini dan segera bergerak cepat untuk antisipasi jangka panjang agar resiko terburuk setidaknya bisa diperkecil, salah satunya dengan program penghijauan kembali, menghidupkan kembali hutan-hutan yang telah rusak atau mengalihfungsikan menjadi lahan perkebunan.
Tidak lupa peran serta masyarakat akan pentingnya sadar lingkungan, dimulai dari sekitar rumah tinggal kita sendiri sebelum bencana melanda nantinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar