Hawa dingin yang sering terasa akhir-akhir ini cukup
mengkhawatirkan, pasalnya hampir tidak pernah terjadi di negara tropis seperti
Indonesia mengalami iklim bersifat dingin seperti saat ini.
Hal ini diamini oleh pakar sekaligus pemerhati lingkungan
hidup Universitas Riau, Tengku Ariful Amri. Beliau mengemukakan bahwa cuaca ekstrim
yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia akhi-akhir ini dikarenakan
terhambatnya siklus hidrologi. "Banyangkan, sirkulasi air yang seharusnya
tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui
kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi kini terasa kian tersendat
sehingga terjadi penumpukan penguapan yang akhirnya menyebabkan kondisi ekstrem
di berbagai wilayah Tanah Air," seperti dilansir dari situs
republika.co.id
Menurutnya, saat ini berbagai bentuk hidrologi di muka bumi
sudah tidak memiliki pola yang beraturan atau tidak terwujud seperti seharusnya
karena alam tidak lagi terjaga dengan baik dan mengalami kerusakan parah.
Kondisi ini telah menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia dan menciptakan
siklus yang “amburadul” atau tidak menentu dan tidak bisa memberi jaminan
tatanan hidrologi yang kondusif.
Penyebab lain adalah kondisi hutan di pesisir aliran sungai
tidak memadai dan kritis sehingga iklim cenderung monokultur atau tidak lagi
bersahabat dengan lingkungan dan penghuninya. Diperparah oleh perluasan kebun
sawit yang terlalu berlebihan, “merampok” daerah tangkapan air seperti aliran
sungai dan anak sungai yang pada akhirnya menyebabkan bencana alam seperti
banjir dan tanah longsor di mana-mana.
Akibat dari semua ini, terjadi perubahan iklim yang ekstrim yang
sebenarnya disa diatasi, lahkah awalnya dengan pemetaan daerah tangkapan air,
baik itu skala kecil maupun skala besar. "Kalau itu tidak dilakukan
secepatnya, atau tidak dimulai dengan pembibitan, penanaman dan penataan, maka
akan semakin sulit mengatasi perubahan iklim yang sangat drastis.
Berikut adalah wilayah di Indonesia yang mengalami perubahan
cuaca ekstrim seperti dikutip dari situs BMKG, Selasa (24/1/2012), ke 18 daerah
itu adalah:
·
Wilayah yang berpotensi hujan lebat
- Banten bagian Selatan
- DKI Jakarta bagian Selatan
- Jawa Barat bagian Selatan
- Jawa Tengah bagian Barat
- Jawa Timur bagian Selatan
- Kalimantan Barat bagian Utara
- Kalimantan Tengah bagian Utara
- Kalimantan Timur bagian Barat dan Utara
- Papua Barat bagian Utara dan Selatan
- Papua bagian Utara dan Tengah
- Banten bagian Selatan
- DKI Jakarta bagian Selatan
- Jawa Barat bagian Selatan
- Jawa Tengah bagian Barat
- Jawa Timur bagian Selatan
- Kalimantan Barat bagian Utara
- Kalimantan Tengah bagian Utara
- Kalimantan Timur bagian Barat dan Utara
- Papua Barat bagian Utara dan Selatan
- Papua bagian Utara dan Tengah
·
Wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai
kilat atau petir dan angin kencang
- Sulawesi Utara bagian Barat
- Sulawesi Tengah bagian Utara dan Selatan
- Sulawesi Selatan bagian Utara
- Sulawesi Tenggara bagian Utara
- Maluku Utara
- Maluku bagian Tenggara
- NTB bagian Selatan
- NTT bagian Timur
- Sulawesi Utara bagian Barat
- Sulawesi Tengah bagian Utara dan Selatan
- Sulawesi Selatan bagian Utara
- Sulawesi Tenggara bagian Utara
- Maluku Utara
- Maluku bagian Tenggara
- NTB bagian Selatan
- NTT bagian Timur
Menurut BMKG, cuaca ekstrim
tersebut disebabkan adanya pumpunan angin yang memanjang di Laut Sulawesi
hingga laut Arafuru. Konsentrasi awan hujan terjadi di Jawa, Kalimantan bagian
Tengah, Sulawesi bagian Utara, Tengah dan Selatan, Maluku Utara, Maluku bagian
Tenggara, Papua Barat serta Papua bagian Selatan dan Tengah.
Akibat cuaca buruk tersebut, operasional kapal feri di Selat Sunda pun terpaksa dihentikan dan dilanjutkan menunggu cuaca membaik dan perairan bisa diseberangi. Beberapa warga khususnya di Jakarta pun sudah mengeluhkan kencangnya angin .
Akibat cuaca buruk tersebut, operasional kapal feri di Selat Sunda pun terpaksa dihentikan dan dilanjutkan menunggu cuaca membaik dan perairan bisa diseberangi. Beberapa warga khususnya di Jakarta pun sudah mengeluhkan kencangnya angin .
Seharusnya pemerintah peka dengan
kondisi ini dan segera bergerak cepat untuk antisipasi jangka panjang agar
resiko terburuk setidaknya bisa diperkecil, salah satunya dengan program
penghijauan kembali, menghidupkan kembali hutan-hutan yang telah rusak atau
mengalihfungsikan menjadi lahan perkebunan.
Tidak lupa peran serta masyarakat akan pentingnya sadar
lingkungan, dimulai dari sekitar rumah tinggal kita sendiri sebelum bencana
melanda nantinya.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar